Impuls Saraf
SINAPS
Sinaps adalah
sambungan antara neuron yang satu dengan neuron yang lain. Pada saat impuls
melintasi sinaps, impuls dapat terus dijalarkan atau dihambat. Pada sinaps
terdpat celah yang dikenal dengan nama celah
sinaps (synaptic cleft) yang
lebarnya kurang lebih 200 Å (Angstrom).
Neuron
yang terletak sebelum sinaps disebut neuorn prasinaps (presynaptic neuron), sedangkan neuron yang terletak setelah sinaps
disebut neuron pascasinaps (postsynaptic
neuron). Penjalaran impuls melintasi sinaps berlangsung searah, yaitu dari
neuron prasinaps ke neuron pascasinaps dan melibatkan neurotransmiter (zat penghantar). Ada berbagai macam neurotransmiter,
antara lain asetikolin yang terdapat pada sinaps di seluruh tubuh, noradrenalin
yang terdapat pada sistem saraf pusat simpatik, dan serotonin yang terdapat
pada saraf pusat dan otak.
Berdasarkan
tempatnya, sinaps di bedakan menjadi tiga macam:
·
Sinaps
aksosomatik (axosomatic
synaps), yaitu sinaps yang terletak di antara akson dari satu neuron dengan
badan sel dari neuron lain.
·
Sinaps
aksondendritik (axodendritik
synaps), yaitu sinaps yang terletak di antara akson dari neuron yang satu
dengan dendrit dari neuron lain.
·
Sinaps
aksoaksonik (axoaxonic
synaps), yaitu sinaps yang terletak antara ujung akson
dari neuron yang satu dengan akson neuron lain.
Salah
satu sifat neuron adalah permukaan luarnya bermuatan positif, sedangkan bagian
dalamnya bermuatan negatif. Jadi, ada perbedaan potensial antara neuron bagian
luar dengan neuron bagian dalam. Keadaan demikian disebut polarisasi.
Bila
neuron tersebut dirangsang, di tempat tersebut terjadi penurunan beda potensial
atau muatannya berubah, yaitu bagian luarnya menjadi negatif dan bagian
dalamnya menjadi positif. Keadaan tersebut disebut depolarisasi.
Peristiwa
perubahan muatan pada membran plasma neuron di sepanjang serabut saraf tersebut
disebut dengan potensial aksi saraf atau yang di kenal dengan impuls saraf.
Semua
impuls saraf adalah sama. Respon yang berlainan bukan disebabkan karena impuls
yang berbeda, tetapi karena reseptor dan efektor yang berbeda.
Ada
beberapa teori mengenai pengahantar impuls, tetapi hanya satu teori yang dapat
diterima oleh para ahli, yaitu teori membran.
Teori membran dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, dalam keadaan istirahat (tidak menghantarkan impuls), serabut saraf
berada dalam keadaan polarisasi, artinya permukaan luar membran bermuatan
positif, sedangkan permukaan dalam membran bermuatan negatif. Kedua, tempat
dimana serabut saraf dirangsang terjadi depolarisasi, artinya permukaan luar
membran menjadi bermuatan negatif dan permukaan dalam membran menjadi positif.
Ketiga, antara daerah yang mengalami depolarisasi dengan daerah yang mengalami
polarisasi timbul aliran listrik. Aliran listrik ini disebut arus lokal atau sirkuit setempat. Adanya arus lokal ini akan menyebabkan
depolarisasi di daerah sebelahnya. Kemudian, akan timbul arus lokal dan diikuti
depolarisasi di daerah sebelahnya, demikian seterusnya. Keempat, dengan
demikian depolarisasi akan selalu berpindah tempat atau menjalar di sepanjang
serabut saraf sehingga timbul impuls saraf. Kelima, setelah mengalami
depolarisasi, daerah tersebut kemudian akan berada dalam keadaan refrakter,
artinya daerah tersebut tidak peka lagi terhadap rangsangan.
Impuls dalam saraf berjalan
dari dendrit ke badan sel, lalu ke sepanjang akson, kemudian berhubungan dengan
sel saraf yang lain. Adakalanya neuron tidak menghantarkan impuls. Keadaan
demikian di kenal sebagai keadaan istirahat.